Nusantaratv.com - Toyota Motor diperkirakan mendapat peningkatan pendapatan yang besar dari permintaan kendaraan hybrid.
Pabrikan mobil asal Jepang itu melaporkan pendapatan tahunannya pada Rabu (7/5/2024), seperti dikutip dari Reuters.
Produsen mobil terlaris di dunia itu siap mengambil keuntungan ketika promosi maupun penurunan harga kendaraan listrik bertenaga baterai mulai meredup.
Namun hasil perkiraan tersebut, yang sebagian dibantu oleh dorongan dari lemahnya mata uang yen, tidak menghalangi tantangan besar yang dihadapi, terutama di pasar-pasar yang potensial.
Di China, kondisi ini tertekan oleh perang harga yang sengit, sedangkan di AS terdampak oleh konsumen yang bergulat dengan biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Secara global, perusahaan merasakan persaingan yang makin ketat dari China, yang dengan cepat memperluas produksi kendaraan yang lebih terjangkau.
Sementara itu, skandal uji keselamatan pada unit mobil kompak Daihatsu telah merugikan penjualan di Jepang dan reputasi grup Toyota dalam hal kualitas dan keselamatan.
Pada Februari, Toyota menaikkan perkiraan laba operasionalnya untuk tahun keuangan yang berakhir pada 31 Maret menjadi 4,9 triliun yen (US$31,87 miliar), sebuah hasil yang akan menandai rekor laba dan peningkatan sebesar 80 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk kuartal keempat (Q4), perusahaan ini diperkirakan akan menghasilkan laba operasional sebesar 747 miliar yen, menurut rata-rata sembilan analis yang disurvei oleh LSEG.
Ketika permintaan global terhadap kendaraan listrik bertenaga baterai melambat, Toyota mengambil keuntungan dengan menjual lebih banyak kendaraan hybrid, yang memiliki margin relatif lebih tinggi dibandingkan mobil berbahan bakar bensin biasa.
Toyota memelopori mobil hybrid lebih dari seperempat abad yang lalu dengan Prius. Jumlah tersebut mencakup lebih dari sepertiga dari 10,3 juta mobil yang terjual pada tahun finansial yang baru saja berakhir, termasuk merek mewah Lexus.
Meskipun kuat dalam kendaraan hybrid, Toyota masih tertinggal dalam hal kendaraan listrik. Mereka tertinggal dari pesaingnya seperti Tesla dan produsen mobil Eropa dan China.
Kendaraan listrik baterai hanya menyumbang 1 persen dari penjualan global pada tahun yang baru berakhir, atau sekitar 116.500 kendaraan, jauh di bawah target yang diumumkan sebelumnya yaitu 202.000 kendaraan.
Nasib bisnis Toyota di China kemungkinan besar terkait erat dengan strategi kendaraan listriknya. Mengingat pembeli di China lebih menyukai mobil yang dilengkapi perangkat lunak.
Toyota mungkin tidak akan mampu membuat terobosan besar dalam tiga tahun ke depan hingga mereka meluncurkan model generasi berikutnya di China, kata Koji Endo, Kepala penelitian ekuitas di SBI Securities.
"Jelas mereka tertinggal dalam hal perangkat lunak," katanya.
Toyota mengatakan akan bermitra dengan raksasa teknologi China Tencent dan meluncurkan dua kendaraan listrik bertenaga baterai untuk pasar Negeri Tirai Bambu di pameran mobil Beijing Auto Show baru-baru ini.
Penjualan Toyota di China turun 1,6 persen selama kuartal pertama (Q1) 2024, lebih baik dibandingkan penurunan tajam rival Jepang Nissan dan Honda, namun lebih buruk dibandingkan kenaikan 12,5 persen dalam penjualan kendaraan penumpang di seluruh sektor, menurut data dari industri otomotif.
Di AS, jumlah tersebut meningkat 20 persen menjadi 565.000 kendaraan selama periode tersebut.
Saham Toyota naik 96 persen pada tahun lalu, termasuk dividen. Dalam dolar, angka tersebut naik 71 persen, dibandingkan dengan kenaikan 7,5 persen yang dilakukan Tesla pada periode yang sama.




Sahabat
Ntvnews
Teknospace
HealthPedia
Jurnalmu
Kamutau
Okedeh