Nusantaratv.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Utara menyebut tujuh perusahaan diduga menjadi penyebab utama bencana ekologis yang melanda kawasan Tapanuli.
Sejak Selasa (25/11/2025), sedikitnya delapan kabupaten/kota di Sumatera Utara terdampak banjir bandang dan longsor. Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah merupakan wilayah yang mengalami kerusakan paling parah.
“Sekitar tujuh kabupaten di Sumatera Utara terdampak banjir bandang dan longsor, dengan kondisi terburuk di Tapanuli Selatan dan Tapanuli Tengah. Puluhan ribu warga terpaksa mengungsi, ribuan rumah hancur, dan ribuan hektare lahan pertanian rusak tersapu banjir,” tulis Walhi Sumut melalui akun Instagram pada Kamis, 27 November 2025.
Walhi Sumut menyebut tujuh perusahaan yang diduga menjadi sumber bencana tersebut. Mereka menegaskan bahwa kerusakan bukan hanya dipicu perubahan iklim dan curah hujan tinggi, tetapi diperparah oleh maraknya illegal logging serta hilangnya fungsi hidrologis di kawasan tangkapan air sekitar DAS Batang Toru.
Perusahaan-perusahaan yang disebut antara lain, Tambang emas PT AR Tapsel, PLTA NSE (Tapsel), PLTMH PJ, Geothermal PT SOL (Taput), PKR PT TPL (Taput), Perkebunan Sawit PT SN (Tapteng), Perkebunan Sawit PTPN III BT (Tapsel).
Di Kecamatan Silbolga, Tapanuli Selatan, banjir bandang merusak banyak rumah warga. BPBD Tapanuli Selatan mencatat hingga Jumat (28/11/2025), sebanyak 32 orang meninggal dunia.
Walhi Sumut meminta pemerintah segera memeriksa seluruh izin perusahaan yang beroperasi di kawasan hutan Tapanuli. Hingga kini, 51 desa di 42 kecamatan terdampak bencana, dengan banjir yang merusak infrastruktur, rumah ibadah, sekolah, dan melumpuhkan aktivitas ekonomi masyarakat.




Sahabat
Ntvnews
Teknospace
HealthPedia
Jurnalmu
Kamutau
Okedeh