Ajudan Volodymyr Zelenskyy Ancam Hancurkan Jembatan Terpanjang di Eropa

Ajudan Volodymyr Zelenskyy Ancam Hancurkan Jembatan Terpanjang di Eropa

Nusantaratv.com - 18 Agustus 2022

Jembatan dibangun setelah Krimea memisahkan diri dari Ukraina, menyusul kudeta bersenjata di Kiev pada 2014 dan memilih dalam referendum untuk bergabung dengan Rusia. (Istimewa/Net) 
Jembatan dibangun setelah Krimea memisahkan diri dari Ukraina, menyusul kudeta bersenjata di Kiev pada 2014 dan memilih dalam referendum untuk bergabung dengan Rusia. (Istimewa/Net) 

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Jembatan Krimea Rusia yang memiliki struktur terbesar di Eropa harus dihancurkan. 

Hal itu dikatakan seorang ajudan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mikhail Podolyak. "Ini adalah konstruksi ilegal dan pintu gerbang utama untuk memasok tentara Rusia di Krimea," kata Podolyak kepada The Guardian pada Selasa (16/8/2022), seperti dilaporkan CSM Times.

Dia menjelaskan mengapa Kiev ingin meruntuhkannya. Jembatan itu dibangun setelah Krimea memisahkan diri dari Ukraina, menyusul kudeta bersenjata di Kiev pada 2014 dan memilih dalam referendum untuk bergabung dengan Rusia. 

Jembatan ini menghubungkan jalan dan kereta api langsung dengan Krimea, yang sebelumnya hanya dapat dicapai dari seluruh Rusia melalui laut atau udara. Jembatan ini sebagian besar digunakan oleh lalu lintas sipil.

Podolyak adalah pejabat Ukraina terbaru yang mengkonfirmasi niat Kiev menyerang jembatan tersebut. Pernyataan itu muncul saat dia tampaknya mengisyaratkan jika Ukraina sedang dalam proses melakukan serangkaian tindakan sabotase di Krimea.

Sejak pekan lalu, dua lokasi terpisah di semenanjung itu telah diguncang ledakan dahsyat di lokasi militer yang digunakan untuk menyimpan amunisi. Kementerian Pertahanan Rusia mengakui yang terbaru, yang terjadi pada Selasa (16/8/2022) di dekat desa Mayskoye di Krimea utara, sebagai tindakan sabotase.

Kiev belum secara resmi mengklaim pelaku insiden tersebut, tetapi banyak pejabat Ukraina mengisyaratkan inilah masalahnya, dengan Podolyak mengikuti pola tersebut dalam wawancaranya dengan surat kabar Inggris.

"Saya tentu setuju dengan Kementerian Pertahanan Rusia, yang memprediksi lebih banyak insiden semacam ini dalam dua, tiga bulan ke depan. Saya pikir kita mungkin melihat lebih banyak dari itu terjadi," imbuhnya.

Ajudan presiden Ukraina itu menyebut serangan klandestin yang diklaim sebagai 'serangan balasan' yang sifatnya berbeda dari jenis aksi militer yang biasanya digambarkan dengan istilah ini.

"Serangan balasan Ukraina terlihat sangat berbeda (dari Rusia). Kami tidak menggunakan taktik tahun 60-an dan 70-an, abad lalu," jelasnya. 

The Guardian menyatakan Podolyak mungkin diam-diam mengakui kegagalan Ukraina untuk mengumpulkan pasukan dan senjata untuk serangan balik yang sebenarnya terhadap pasukan Rusia di medan perang.

Para pejabat tinggi Ukraina selama berminggu-minggu berjanji terhadap ambisinya untuk merebut kembali kota Kherson akan segera dimulai, dengan beberapa bahkan mengklaim operasi itu sudah berlangsung.

Pekan lalu, Podolyak mengatakan kepada BBC, di mana semua pernyataan publik oleh pejabat Ukraina adalah perang psikologis yang bertujuan untuk menurunkan moral tentara Rusia.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

x|close