Terinfeksi Selama 613 Hari, Pasien Covid-19 Terlama Akhirnya Meninggal Dunia

Nusantaratv.com - 21 April 2024

Ilustrasi Covid-19/Pixabay
Ilustrasi Covid-19/Pixabay

Penulis: Alamsyah

Nusantaratv.com - Seorang pria berusia 72 tahun yang tak disebutkan namanya yang terinfeksi virus Covid-19 selama 613 hari, akhirnya meninggal dunia. 

Pria itu merupakan pasien Covid-19 dengan sistem kekebalan tubuh lemah telah menginkubasi strain virus baru yang bermutasi selama 613 hari. 

Pria yang memiliki riwayat kelainan darah itu, gagal meningkatkan respons imun yang kuat terhadap beberapa suntikan vaksin Covid-19. Sampai akhirnya pada Februari 2022, pria itu akhirnya tertular varian omicron.

Meski beberapa kasus sebelumnya mencatatkan durasi infeksi ratusan hari, namun pria itu terbilang yang paling lama mengidap Covid-19  atau disebut juga virus SARS-CoV-2.

Dalam beberapa minggu sang pria mengembangkan resistansi terhadap sotrovimab, pengobatan antibodi Covid-19.

Kondisi tersebut diketahui setelah dilakukan analisis rinci terhadap sampel yang diambil dari setidaknya 24 usapan hidung dan tenggorokan.

Para peneliti menemukan bahwa pasien yang terinfeksi dapat menghilangkan virusnya dalam  beberapa hari hingga beberapa minggu.

Namun, individu dengan sistem imun yang lemah, seperti kasus ini, dapat mengalami infeksi persisten dimana virus terus bereplikasi dan berevolusi.

Pasien dalam kasus ini juga memiliki riwayat pengobatan untuk sindrom myelodysplastic, yaitu sekelompok kelainan yang disebabkan oleh malformasi atau disfungsi sel darah.

Sindrom ini mirip dengan kanker mieloproliferatif, yaitu kanker darah langka yang disebabkan ketika tubuh memproduksi terlalu banyak sel darah merah, sel darah putih, atau trombosit.

Kedua penyakit darah ini menyebabkan imunodefisiensi atau melemahnya daya tahan tubuh pada penderitanya.

Akibatnya, virus tersebut menyebabkan lebih dari 50 mutasi pada tubuh pasien.

Faktanya, beberapa di antaranya menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menghindari pertahanan kekebalan tubuh.

Para peneliti melaporkan tidak ada respons klinis terhadap pengobatan  dokter.

 "Pasien akhirnya meninggal karena penyakit darahnya kambuh lagi," kata para peneliti yang merujuk pada penyakit darah tersebut.

Infeksi berlangsung selama 613 hari hingga September 2023, namun peneliti menemukan tidak ada penularan ke orang lain yang tercatat.

Namun demikian, kasus ini menyoroti risiko infeksi SARS-CoV-2 yang persisten pada populasi dengan sistem kekebalan yang lemah.

Para peneliti juga menekankan pentingnya melanjutkan pengawasan genom terhadap perkembangan infeksi COVID-19 pada orang dengan infeksi yang sedang atau terus-menerus.

Hal ini mempertimbangkan potensi ancaman terhadap kesehatan masyarakat karena varian virus yang dihasilkan masih mungkin masuk ke masyarakat.

“Kami menyoroti pentingnya pemantauan terus-menerus pada seluruh genom terhadap evolusi SARS-CoV-2 pada pasien dengan gangguan sistem imun yang mengalami infeksi persisten,” kata para peneliti.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])