Makin Banyak Perempuan China Pilih Melajang dan Tak Punya Anak

Nusantaratv.com - 07 Maret 2024

Chai Wanrou (28) adalah bagian dari gerakan yang menolak pernikahan dan melahirkan. (Foto: Xiaoyu Yin/Reuters)
Chai Wanrou (28) adalah bagian dari gerakan yang menolak pernikahan dan melahirkan. (Foto: Xiaoyu Yin/Reuters)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Seorang copywriter lepas Chai Wanrou menilai pernikahan merupakan institusi yang tidak adil.

Seperti banyak perempuan muda di China, Chai adalah bagian dari gerakan yang menolak pernikahan dan melahirkan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Negeri Tirai Bambu. Demikian dilansir dari Reuters, Kamis (7/3/2024).

"Terlepas dari apakah Anda sangat sukses atau hanya orang biasa, perempuan masih melakukan pengorbanan terbesar di rumah," kata perempuan berusia 28 tahun itu di sebuah cafe di Xi'an, ibu kota Provinsi Shaanxi di China barat laut.

"Banyak orang yang menikah pada generasi sebelumnya, terutama perempuan, mengorbankan diri dan pengembangan karier mereka, serta tidak mendapatkan kehidupan bahagia seperti yang dijanjikan. Menjalani hidup dengan baik sudah cukup sulit saat ini," ungkapnya kepada Reuters.

Tahun lalu, Presiden China Xi Jinping menekankan perlunya "menumbuhkan budaya baru dalam pernikahan dan melahirkan anak". Hal itu disampaikan ketika populasi China turun selama dua tahun berturut-turut dan kelahiran baru mencapai titik terendah dalam sejarah negara tersebut.

Terpisah, Perdana Menteri (PM) China Li Qiang juga berjanji untuk "bekerja menuju masyarakat ramah kelahiran", dan meningkatkan layanan penitipan anak dalam laporan kerja pemerintah tahun ini.

Di sisi lain, Partai Komunis memandang keluarga inti sebagai landasan stabilitas sosial, dimana ibu yang belum menikah mendapat stigma dan sebagian besar tidak mendapat tunjangan.

Namun semakin banyak perempuan terpelajar, yang menghadapi ketidakamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di tengah tingginya pengangguran kaum muda dan kemerosotan ekonomi, malah menganut "singleisme".

Populasi lajang di China yang berusia di atas 15 tahun mencapai rekor 239 juta pada 2021, menurut data resmi. Pendaftaran pernikahan sedikit meningkat tahun lalu akibat pandemi, setelah mencapai titik terendah dalam sejarah pada 2022.

Survei Liga Pemuda Komunis pada 2021 terhadap sekitar 2.900 anak muda perkotaan yang belum menikah menemukan sekitar 44 persen perempuan tidak berencana untuk menikah.

Namun, pernikahan masih dianggap sebagai tonggak masa dewasa di China dan proporsi orang dewasa yang tidak pernah menikah masih rendah. Tetapi, ciri lain dari menurunnya popularitas pernikahan ini adalah banyak warga China yang menunda pernikahan mereka.

Sedangkan menurut sensus, rata-rata usia pernikahan pertama meningkat menjadi 28,67 persen pada 2020 dari 24,89 persen pada 2010.

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])