Nusantaratv.com - Bank sentral AS The Fed resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,75%. Ini merupakan kenaikan kedua yang berturut-turut dan yang keempat pada tahun ini.
Kebijakan menaikkan suku bunga acuan ini bertujuan untuk mengatasi lonjakan inflasi di AS yang beberapa waktu belakangan ini terus melonjak. Tercatat, inflasi di AS sempat menyentuh 9,1 persen pada Juni lalu.
Saat mengumumkan kebijakan terbaru tersebut pada Rabu (27/7/2022) waktu AS, Gubernur bank sentral AS Jerome Powell, menyatakan pihaknya masih akan menaikkan suku bunga acuan lagi secara agresif demi mengatasi lonjakan inflasi tersebut.
"Karena inflasinya sudah terlalu tinggi," kata Jerome Powell, Kamis (28/7).
Powell yakin kebijakan agresif menaikkan suku bunga acuan demi meredam dampak lonjakan inflasi adalah tepat.
"Kami mencoba melakukan jumlah yang tepat. Kami tidak mencoba mengalami resesi dan kami pikir kami tidak harus melakukannya. Kami berpikir bahwa ada jalan bagi kami untuk dapat menurunkan inflasi sambil mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat," katanya, mengutip CNNIndonesiacom.
Dengan suku bunga pinjaman yang tinggi, maka akan membuat warga AS akan membayar lebih mahal atas cicilan rumah, pinjaman mobil ataupun kredit bisnis sejenis.
Alhasil, konsumen kemungkinan akan mengurangi aktivitas peminjaman dan urusan belanja barang, yang diharapkan dapat mendinginkan ekonomi dan memperlambat laju inflasi. Namun, hal tersebut dikhawatirkan dapat memukul pertumbuhan ekonomi AS dan membawanya masuk dalam jurang resesi.
Diketahui, ekonomi AS sedang menghadapi beban berat dari melonjaknya harga kebutuhan pokok dan inflasi. Akibat lonjakan tersebut, banyak kalangan menyebut AS akan terjerumus ke dalam jurang resesi.
Namun, Presiden AS Joe Biden yakin masalah itu tak akan terjadi.




Sahabat
Ntvnews
Teknospace
HealthPedia
Jurnalmu
Kamutau
Okedeh