Mirae Asset Sarankan Reksa Dana Pasar Uang dan Obligasi Korporasi

Nusantaratv.com - 24 Januari 2024

Jajaran Tim PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (24/01/2024). (ANTARA/ Muhammad Heriyanto)
Jajaran Tim PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia di kawasan SCBD, Jakarta, Rabu (24/01/2024). (ANTARA/ Muhammad Heriyanto)

Penulis: Alber Laia

Nusantaratv.com - Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy merekomendasikan pelaku pasar untuk menerapkan strategi investasi yang konservatif sebagai upaya mengurangi risiko volatilitas pasar keuangan pada semester I- 2024.

“Di semester I tahun ini kami menyarankan strategi investasi konservatif, seperti misalnya reksa dana pasar uang dan reksa dana yang berbasiskan obligasi korporasi,” ujar Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas Indonesia Robertus Hardy dalam Media Day Januari 2024 di Jakarta, Rabu.

Meskipun ada potensi peningkatan volatilitas pada semester I-2024, Ia melihat konsolidasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi tidak akan terlalu parah, karena masih ditopang oleh beberapa sektor, diantaranya telekomunikasi, barang konsumer non primer (consumer) dan perbankan (financial).

“Yang keduanya akan mendapatkan banyak manfaat dari potensi peningkatan traffic layanan data misalnya, karena setiap di event- event besar nasional itu ada peningkatan traffic layanan data,” ujar Robertus.

Dengan pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang cenderung dovish, menurutnya terdapat peluang bahwa The Fed dan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuannya pada semester II-2024.

Seiring dengan itu, Mirae Asset Sekuritas masih menargetkan IHSG dapat menembus 8.100 pada tahun ini

“Kami masih menargetkan IHSG 8.100 untuk tahun ini, terutama apabila BI menurunkan suku bunga dan juga ada kejelasan hasil Pemilu,” ujar Robertus.

Sebelumnya, Robertus menyarankan investor untuk mengalokasikan mayoritas portofolionya sebesar 60 persen ke instrumen saham, yang meliputi saham unggulan/ blue chips, saham lapis dua, atau reksa dana indeks pada semester II- 2024.

“Sisanya yaitu 40 persen pada instrumen obligasi pemerintah,” ujar Robertus.

Menurutnya, potensi penguatan IHSG akan ditopang oleh beberapa faktor, diantaranya besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, sehingga akan memicu iklim investasi yang positif, baik untuk pasar saham maupun pasar obligasi.

“IHSG akan didukung beberapa sektor yaitu perbankan, telekomunikasi, otomotif, dan sektor lain yang terkait barang konsumsi. Prediksi tersebut didasari valuasi fundamental rasio harga saham per laba (P/E ratio) sebesar 14x-15x dan asumsi pertumbuhan dividen per saham (EPS growth) sebesar 10-15 persen,” ujar Robertus.(Ant)

Dapatkan update berita pilihan terkini di nusantaratv.com. Download aplikasi nusantaratv.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat melalui:



0

(['model' => $post])